14 August 2023

Tips Menyelenggarakan Pameran 'Hijau'

Dalam beberapa tahun ke depan isu lingkungan masih akan menjadi topik hangat di pelbagai aspek kehidupan. Hal tersebut selaras dengan meningkatnya kesadaran dan komitmen untuk meminimalisir dampak kerusakan bumi dari aktivitas manusia.

Mulai dari hal paling sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan produk daur ulang, hingga transformasi menggunakan energi ramah lingkungan. 

Terlepas dari besarnya kontribusi positif terhadap perekonomian negara, aktivitas di sektor pariwisata dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam kegiatan pameran misalnya, exhibitor dan visitor yang bertandang pasti menyumbang emisi karbon dan menghasilkan sampah.  

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif itu? Guna mengurangi emisi karbon bisa menggunakan transportasi publik yang ramah lingkungan.

Apabila harus terbang menggunakan pesawat, diusahakan memilih penerbangan langsung yang penggunaan bahan bakarnya lebih efisien. Namun juga tetap tidak bisa, maka dapat mengambil opsi carbon offset, yaitu menetralisir karbon yang dihasilkan dengan membayarnya.

Terkait sampah, ternyata produksi sampah sebuah pameran itu terbilang tak sedikit. Dilansir dari Atlantis Press, hal riset yang dilakukan oleh International Exhibition Alliance di UK pada 2001 bahwa produksi sampah rerata sebuah pameran itu mencapai 2.900 ton. Hasil riset itu juga menyebutkan bahwa biaya pengelolaan sampah dari 823 pameran di UK selama tahun 2001 mencapai USD730 juta atau sekitar Rp10,9 triliun. 

Untuk mengurangi produksi sampah di sebuah pameran, beberapa organizer, exhibitor dan stand contractor mulai menggunakan material lokal dan dapat didaur ulang, mengurangi penggunaan plastik serta menggunakan modular system ketika membangun stan pameran.

Selain itu, pemanfaatan teknologi juga berkontribusi dalam mewujudkan konsep pameran yang ramah lingkungan. Seperti penggunaan LED sehingga backdrop banner tak lagi perlu dicetak, serta menggunakan lampu hemat energi untuk penerangan stan dan hall pameran.

Pasalnya, konsumsi energi dalam sebuah pameran ini juga tak murah. Hasil riset tersebut juga menjelaskan bahwa biaya konsumsi energi di sebuah pameran mencapai kurang lebih 10 persen dari operation income yang diterima oleh organizer

Tak ayal beberapa gedung pameran yang dibangun beberapa tahun belakangan telah mempertimbangkan aspek konsumsi energi dalam rancang bangun. Mulai dari memaksimalkan sirkulasi udara sampai penggunaan pencahayaan alami. 

Selain itu, selayaknya lokasi di sekitar gedung pameran juga dibekali dengan fasilitas pendukung seperti ketersediaan akomodasi, area food and beverage, dan juga konektivitas dari dan ke transportasi publik. Pada beberapa venue favorit para organizer, semua fasilitas tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Alhasil, penggunaan venue tersebut bukan saja mempermudah para exhibitor dan visitor untuk bertandang, serta membantu organizer dalam mengemas acara, melainkan juga mengurangi emisi karbon dalam sebuah perhelatan pameran.   

Sumber: https://mice.kemenparekraf.go.id/news/9131d08c-ad17-4c90-9fcb-e4fe372a201e